Sunday, November 24, 2013

BERGULAT DENGAN BANJIR

Ngomongin soal banjir ya ngomongin ibukota Jakarta tercinta. Saat ini hujan mulai sering turun membasahi Ibukota. Pulang kantor melewati sungai Angke ketinggiannya sudah cukup memprihatinkan alias mendekati ambang batas dan jalan akses menuju kompleks sudah tergenang. Perburuan mencari jalan tikus pun terjadi juga. Mengekor para pengguna motor lain tak selamanya berhasil, yang ada dapat jalan buntu. Hmmm...menghela nafas, kembali ke jalan semula dan mencari tikungan yang lain. Waktu pulang saya menjadi lebih lama. Kali ini saya harus memutar agak jauh. Terkadang perut tak bisa kompromi dan terus menunjukkan sinyal kelaparan.
Esoknya... *langit tampak berawan dengan sedikit awan kelabu yang masih bertengger
Hujan reda tengah malam tadi, pagi ini stock sarapan kosong. Tak ada roti, oatmeal atau pun nasi. Ya sudah cukup minum teh hangat dan bergegas berangkat, ada niatan beli sarapan dulu di jalan. Sebelum berangkat kakak saya mengantisipasi bahwa ada banjir di jembatan kali Angke di daerah Ciledug Indah. Akses utama yang saya lalui setiap hari memang daerah Ciledug Indah. Sepertinya kejadian tahun lalu akan terulang, sudah terbayang akan memutar lewat kawasan Bintaro.
Ah Bismillah saja...semoga banjir sudah surut. Dengan langkah agak mantap dan sedikit sekali keraguan saya memutuskan berangkat tetap lewat jalan seperti biasanya. Mampir sebentar di ruko-ruko depan komplek untuk membeli sarapan. Sambil memilih milih jajanan yang saya inginkan, Ibu penjual jajanan bergumam soal banjir di Ciledug Indah. Wah iya...Saya mengalami kejadian yang sama seperti tahun lalu. Persis sama. Apakah ini dejavu? Kejadian ini terulang persis seperti tahun lalu, Saya beli sarapan disini ketika Ciledug indah banjir.
Kemudian saya bertanya tentang banjir di Ciledug Indah. Ibu penjual itu mengatakan kalau anak-anak sekolah banyak yang berbalik arah. Ah berpikir sebentar ..dan berkeyakinan akan tetap melewati jalan itu. Teringat akan genangan tadi malam di bagian jalan komplek yang lain saya kembali memutar melawati jalan kampung dan pasar. Saya harus mempersiapkan stok kesabaran untuk pagi ini. Perjalanan saya sudah dimulai dengan kemacetan dan keramaian melalui pasar Bengkok. Jalanan sudah sempit tapi masih banyak pengguna motor parkir di badan jalan. Saya terus baca komat kamit berdoa agar perjalanan saya dimudahkan dan diperpendek jarak perjalanan saya. amin Akhirnya pasar bengkok berhasil saya lalui, melaju sebentar sampai akhirnya saya menemui sebuah kemacetan lagi...dan apa yang terjadi gerangan di depan...
Whats???!!!!!
Sebuah mobil milik dinas perhubungan diam ditengah sebuah pertigaan dan menutup akses jalan ke Ciledug Indah, semua dialihkan ke arah kompleks Graha Raya. Itu artinya Kali Angke masih meluap dan jalan di Ciledug Indah tergenang. Perasaan saya sudah kacau balau dan tentu saja waktu jam masuk kantor sudah semakin dekat. Puyung hai euy.....kembali saya harus tetap menyimpan stock kesabaran saya. Sudah pasti kedatangan saya ke kantor akan terlambat.
Melihat ada beberapa pengendara motor nekat melewati batas itu saya pun ikut nekat, ingin tahu seberapa besar sih banjirnya. Mengingat untuk kembali memutar ke Bintaro akan sangat jauh. Akhirnya saya mendapatkan kemacetan yang tak terelakkan. Seratus meter dari Jembatan sudah tak bergerak. Saya mendapati sebuah bus dari statsiun televisi sudah nangkring di dekat jembatan untuk melaporkan kabar beritanya. Perlahan tapi tidak pasti saya terus ikut maju menuju arah banjir itu. Meskipun arah pikiran saya masih simpang siur..puter balik ga ya...puter balik ga ya... so confuse. Ah lanjut saja.
Jembatan kali Angke ada dua lanjur dimana lajur ke arah Jakarta posisinya lebih tinggi di atas dibandingkan dengan arah sebaliknya. Akhirnya para pengguna motor harus nekat melawan arah karena posisi jembatan ke arah Jakarta lebih tinggi. Saya pun ikut arus melawan arah. Jadi jembatan yang lebih tinggi digunakan untuk dua lajur. Perlahan bergerak tapi pasti akhirnya saya mampu melihat lumayan dasyat banjir kali Angke. Kalau statement ini lebay... *meluap juga akhirnya kesabaran saya hahaha... seperti banjir ini kali yeee.... Saat saya sedang antri diatas jembatan saya coba untuk memotret kehebohan pagi ini, karena motor sering berhenti maka saya langsung ambil HP di kantong baju saya dan langsung saya potret moment penting ini, sebagai kenangan.
Wah sudah terlihat dari atas jembatan di depan banjir sudah menghadang, air sungai meluap ke jalan dari jembatan sampai 100 meter ke depan, beberapa sudah nekat mendahului ke depan, dan beberapa masih nankring di pinggiran melihat kehebohan pagi ini. Di sisi lain saya melihat aktivitas penyewa tumpangan motor medapatkan customer. Harga yang dipatok cukup tinggi jadi saya tak tertarik dengan penawaran mereka. Sepatu masih melekat dikaki saya, bagaimana dengan banjir didepan. Akhirnya saya terpaksa melepas sepatu saya dan nekat ikut terjun ke dalam arus banjir.
Sebernarnya dalam hati gundah gulana tapi apa boleh buat saya coba untuk banyak berdoa saja. Motor saya cukup tinggi jadi insya Allah bisa mengarungi banjir ini. Dengan mengekor pengendara di depan perlahan saya menerjang dengan kondisi nyeker alias bertelanjang kaki. Saya pastikan motor tidak boleh berhenti sampai lepas dari banjir ini. Setelah memasuki area banjir asap mulai mengepul dari balik mesin. Jiah...kekhawatiran mulai muncul...Please..motor yang kuat yah...I know u can do it... Terus saya laju motor dengan tatapan penuh kepastian, banjir segera kita lewati.
Akhirnya dengan segenap tenaga dan sedikit berdarah-darah zona itu mampu saya lewati, dengan perasaan penuh kelegaan saya melaju lebih cepat dengan kondisi kaki masih nyeker. Ah...finally ....perasaan ini sungguh riang tak terkira dan rasa penuh kelegaan, "spechless" -Ini lebai lagi huuu-. Saya berhenti untuk sesaat dan memakai kembali sepatu saya. Di sisi kanan saya terlihat antrian cukup panjang untuk memutar balik. Yah pagi yang cukup kacau, satu jam lebih saya habiskan untuk menerjang banjir itu. Kondisi ini menyebabkan jalan Ciledug Raya cukup lengang dari biasanya lantaran tertahan di Ciledug Indah. Jalan ini menjadi satu jalur utama penyambung antara Tangerang selatan dan Tangerang dengan Jakarta. Total perjalanan saya pagi ini tercatat cukup lama yakni hampir 2 jam, meski belum bisa mengalahkan rekor tahun lalu. Awal musim hujan yang cukup menyusahkan, entah bagaimana selanjutnya. Sepertinya tahun demi tahun selalu terulang dan tidak ada tindakan preventif agar bagaimana caranya banjir segera bisa diatasi. Semua menggantung dan hanya mampu sampai pada wacana yang tak ada realisasi. Sejauh manakah kompleksitas banjir ini akan terurai? Kita lihat saja nanti, tentunya dengan peran serta kita yang baik pula. Ya sudahlah, saya sudah duduk di depan meja kerja saya, ah iya bungkusan sarapan saya! Mari lah kita sarapan dulu saja, even it was late breakfast.
Bintaro-Ciledug-keb.lama, 18 Nov 13