Sunday, February 26, 2012

MELIHAT KE BAWAH

Senja bergulir, awan putih dan langit biru dilangit mulai berubah seiring dengan berjalannya waktu. Rona memerah tampak meranum di kala ujung sinar sang surya itu menyemburat di sela-sela bagian awan berputih. Raga tampak sudah lelah menopang beban seharian ini berkutat pada masalah duniawi merajut hela-hela nafas. Membangun idealisme dan harapan yang ingin diraih. Namun terkadang berbenturan dengan banyak hal yang meruntuhkan idealisme itu. Pada akhirnya seorang insan hanya bisa menengadahkan tangan dan menerima apa adanya. Takdir! Apa hanya cukup sampai pada batas itu?
Sejauh mata memandang sebuah obsesi hadir menyemangati jiwa yang terkadang tertatih berjalan di sebuah koridor yang penuh dengan goncangan. Tangan sudah mencengkeram dan berpegang dengan sekuat tanaga tapi apa daya. Jiwa ini menjadi semakin rapuh ketika harus berhadapan dengan hal yang seharusnya tak perlu di ingat apalagi dilihat. Terkadang saya menjadi seperti seonggok belukar yang terbang jauh mengikuti angin di belantaran gurun pasir kering di tepi laut…
Senja pun terus beranjak dan terus menembus waktu…menghampiri malam. Radio yang saya dengarkan memutar lagu yang sangat menginspirasi
“Syukuri apa yang ada….
Hidup adalah anugerah….”
Mendengar lagu ini saya jadi ingat tentang perjalanan tadi siang. Ketika saya berkunjung ke sebuah pusat penelitian di Bogor saya merasa ada kecemburuan tersendiri dan berpikir pasti ada kebanggan bisa menjadi bagian dari tempat ini. Saya pun pernah terlibat untuk bisa meraih posisi di tempat itu, tapi mungkin memang bukan jodoh buat saya.
Hari itu mungkin saya telah terjebak dalam liang kerugian yang sebenarnya tak perlu saya risaukan. Saya hanya bisa menghela nafas panjang dan terus berharap pada kesempatan yang kedua atau ketiga datang pada saya. Hal itu terus berkutat pada pikiran saya selama perjalanan saya pulang. Sampai pada sebuah perempatan sudah dekat dengan kantor saya melihat seorang pedagang asongan yang terdiam lesu sambil menenteng dagangannya. Pedagang tersebut mendatangi mobil yang saya tumpangi dan menawarkan barang dagangannya. Kemudian rekan saya di sebelah saya berbicara
“ Berapa ya… untungnya dengan berjualan makanan itu?”
Kemudian saya pun sadar ternyata masih ada yang lebih kurang beruntung dari saya. Hm…lalu buat apa saya mesti merasa risau. Saya jadi yakin atas pemberian Tuhan bahwa semua yang diberikan adalah yang terbaik. Manusia memang punya sifat yang tidak pernah cukup puas, tapi dengan bersyukur mungkin kita akan lebih mengerti arti hidup ini. Bisa berbagi dan saling mengasihi lebih terasa indah dan bernilai.
Jalan masih panjang untuk membuat lukisan hidup ini lebih indah.. So… jangan berhenti sampai di sini kawan. Bogor-JKT, 14 Jan 2010

Sunday, February 19, 2012

Saturday, February 18, 2012

Menikmati PRAMBANAN

Saya berjalan di antara artefak-artefak candi yang menggambarkan sebuah cerita kehidupan. Mencoba menelaah sendiri nilai yang terkandung dalam pahatan batu hitam yang begitu kokoh berdiri. Sebuah arsitektural megah yang tidak terbayangkan sebelumnya. Nenek moyang kita memang hebat. Mahakarya tak hanya sebuah karya melainkan punya nilai dan filosofi yang tinggi dalam setiap hasil dan bentuk yang dibuat. Pemikiran yang sungguh luar biasa kala itu. Diluar dugaan dan logika manusia.
Peradaban Hindu kala itu banyak membuahkan karya sebuah candi sebagai tempat peribadatan. Tatanan batu yang indah serta simbol-simbol yang penuh dengan makna. Jika anda mengenal legenda Roro Jonggrang maka sudah tidak asing ada sangkut pautnya dengan Candi Prambanan. Saya coba terus telusuri tahapan cerita yang terukir di dinding candi. Intinya adalah mengenai filosofi hidup yang bermuara pada kebaikan. Candi yang terbentuk menyerupai piramid ini dimana bangunan ditandai dengan kerucut menjulang ke atas. Di bagian dalam candi biasanya terdapat patung dewa yang mewakili nama candi tersebut. Bangunan candi terbagi atas beberapa candi yang mewakili nama-nama dewa di agama Hindu, seperti Candi Siwa, Candi Krisna, dan lain-lain. Sangat disayangkan bangunan candi sebagian sudah runtuh dan tidak bisa dibangun kembali. Beberapa diakibatkan oleh gempa bumi namun kita masih beruntung karena candi utama masih berdiri kokoh.
Candi yang telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu peninggalan warisan budaya ini terletak dipinggir timur Jogjakarta. Tidak jauh dari pusat kota hanya 30 sampai 45 menit perjalanan. Selain candi anda bisa menikmati museum dan sendratari ramayana yang biasa dipentaskan malam hari. Menikmati kisah ramayana dengan latar belakang candi yang megah menjadi sebuah moment yang cukup mengesankan bagi anda tentunya.