Saturday, August 24, 2013

Sejenak menjelajah Lombok

Perjalanan dinas ke kuar kota pada saat bulan Ramadhan itu punya kesan tersendiri. Ini kali kedua saya melakukan perjalanan dinas ke luar kota ketika bulan Ramadhan.

Perjalanan kali ini mengharuskan saya pergi ke kota Mataram di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pengalaman berbuka di bandara pun saya alami. Meskipun hanya sendiri tapi saya coba untuk menikmati perjalanan ini.

Lombok kita kenal sebagai sebuah daerah wisata dengan keindahan panorama yang tak kalah cantik dengan pulau dewata Bali. Namun karena aktivitas kerja saya yang cukup padat akhirnya saya hanya bisa menyempatkan untuk singgah ke sebuah pantai baru tidak jauh dari hotel tempat saya menginap. Cukup dengan hanya 5 menit dari pusat kota, saya bisa menikmati sejenak pantai Loang Baloq. Sebuah pantai yang cukup menarik karena terdapat pula danau di bibir pantai dengan gubug-gubug yang bisa dijadikan tempat untuk bersantai.

Beruntung saya punya teman di sini, sehingga saya pun tak perlu bingung ke mana saya akan pergi. Setelah urusan pekerjaan selesai saya ditemani keliling kota Lombok , berbelanja oleh-oleh, dan mampir ke rumahnya. Suasana ramadhan di kota Mataram hampir sama dengan kota lainnya. Setiap sore akan banyak muncul para pedaang hidangan takjil seperti kolak, es buah, dll. Makanan khas di sini umumnya pedas seperti kita tahu ayam taliwang contohnya. Sayangnya saya tak berani mencobanya karena kondisi lambung saya yang belum bersahabat dengan makanan pedas. Oleh-oleh yang wajib anda bawa adalah mutiara. Dengan harga yang cukup terjangkau anda dapat membeli berbagai macam bros, cincin, kalung, atau tasbih.

Cukup menarik dan mengobati rasa lelah saya selama dinas di kota ini. Bulan Ramadhan bukan menjadi penghalang dalam menjalani pekerjaan saya selama di Lombok. Meskipun saya harus menghilangkan angan-angan saya tentang Gilitrawangan atau pantai senggigi karena waktu yang tak cukup. Lokasi wisata di Lombok memang tidak banyak dijumpai di pusat kota. Begitu pun dengan  hotel-hotel lebih banyak kita jumpai di daerah pantai Senggigi.

Lombok, 23-26 Juli 2013

Saturday, August 17, 2013

MACETNYA MUDIK YANG FANTASTIS

Mungkin perjalanan mudik saya bisa dibilang mencapai rekor karena memakan waktu 28 jam. Dengan jarak tempuh sekitar 600 km dari Jogjakarta menuju Jakarta. Perjalanan yang sangat menyita waktu ini terjadi pada saat arus balik. Jauh lebih lancar ketika perjalanan pulang ke rumah di Jogja. Saya sudah memperkirakan bahwa saya akan balik ke Jakarta pada saat puncaknya. Ketika orang-orang pulang pada saat yang sama pada akhir libur Lebaran. Namun saya tak merisaukan hal tersebut dan mencoba menghadapi dan menikmati.

Seninya orang mudik memang seperti itu, dihadapkan pada kemacetan dengan barang bawaan yang menggunung dan serbaneka lainnya. Lebaran kali ini saya mencoba mudik menggunakan mobil seperti tahun kemarin. Saya bergantian menyusuri jalur selatan jawa melewati kebumen-ciamis-tasik-bandung-Jakarta. Perjalanan dari Purworejo sudah merayap sampai kebumen. Kemacetan sepanjang daerah ini disebabkan oleh adanya traffic light dan jalan yang dilalui rel kereta. Kemacetan di Kebumen masih bisa ditolerir karena kendaraan masih bisa berjalan meskipun dengan kecepatan yang lambat karena harus mengantri.

Namun yang terjadi setelah solat subuh di perbatasan ciamis tasik kemacetan mulai terjadi kembali. Sampai pagi pergi dan siang mulai datang kami masih stag di wilayah tasik. Dengan kontur jalan yang berliku dan pemandangan yang cukup indah kami tersendat mengantri. Mobil berhenti kemudian maju 5 meter dan berhenti lagi, begitu seterusnya. Ada apakah gerangan ini, kemacetan seperti tak berujung. Hmm...kami pun kelaparan.. segala isi di mobil kami keluarkan demi mengganjal perut. Bensin pun sudah mulai tiris. Kami semua sudah kelelahan plus lapar. Menemukan sebuah rest area yang cukup representatif kami mampir skaligus solat dzuhur. Sayang restoran yang kami singgahi kehabisan stock makanan dan harus menunggu lama.

Tanpa berpikir lama kami memutuskan untuk kembali ke antrian mengikuti kemacetan lagi. Sebelumnya kami mengisi bahan bakar di rest area tadi. Kami terus menyusuri perbukitan dengan jalan yang sempit. Sampai pukul 2 siang akhirnya kami sampai di sebuah rest area. Perjalanan yang cukup melelahkan dari tasik menuju garut yang normalnya hanya sekitar 1 jam harus kami tempuh dalam waktu 7 jam.

Sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Perjalanan melalui jalur selatan memang lebih cepat dibanding dengan jalur utara. Namun jika kemacetan terjadi jalur selatan akan lebih sulit terurai dibanding jalur utara. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis selatan yang berbukit-bukit dan lebar jalan yang sempit. Selain itu jalur selatan setelah memasuki tasik tidak banyak jalur alternatif yang bisa dilalui.

Nah bagaimana dengan perjalanan mudik anda? Sebagai sebuah pengalaman perjalanan mudik memang harus kita rencanakan dengan matang dan pandai-pandai memilih waktu.

Wednesday, August 7, 2013

Rindu Ramadhan : JABURAN TARAWEH

Selepas mengisi perut dan sholat magrib saya bersiap untuk berangkat sholat taraweh. Adzan Isya pun berkumandang dari masjid yang tidak jauh dengan rumah saya. Namun tujuan saya untuk sholat Isya sekaligus Taraweh kali ini tidak ke masjid. Tujuan saya adalah ke sebuah garasi di rumah salah satu warga. Sholat taraweh khusus untuk anak kecil memang tidak dijadikan satu dengan orang dewasa, sehingga untuk anak kecil dipisahkan. Saya bertemu dengan banyak teman yang lain, seru dan ramai. Layaknya anak kecil maka tak lepas dari bercanda dan bermain. Sholat saya jalani sampai selesai begitu dengan teman-teman yang lain . Tak ada yang pulang ditengah-tengah sholat. Selesai sholat saya pulang dengan makanan kecil ada di tangan. Jaburan kali ini saya dapat roti bolu kukus yang dibungkus dengan plastik bening. Baru akan saya makan ketika sampai rumah. Ya begitu lah cerita saya sewaktu kecil saat bulan Ramadhan.
Kegiatan ramadhan untuk anak-anak dikampung saya biasanya dikelola oleh remaja masjid. Banyak juga mahasiswa perantauan yang ikut berpartisipasi. Sebetulnya tak hanya kegiatan taraweh saja tapi juga ada event-event Ramadhan lain yang bisa diikuti. Setelah sholat Isya Ustad akan memberikan ceramah. Sebagian besar yang disampaikan adalah cerita nabi dan rasul, selain menarik disajikan dalam bentuk dongeng cerita ini sekaligus sebagai tauladan dan contoh untuk anak-anak. Setelah ceramah kemudian dilanjutkan dengan sholat taraweh 8 rakaat dan ditutup dengan sholat witir 3 rakaat. Totalnya adalah 11 rokaat.
Setelah selesai sholat taraweh untuk anak-anak yang sudah sekolah biasanya harus menemui ustad yang bertindak sebagai imam atau penceramah untuk diminta tanda tangan. Waktu itu memang setiap Ramadhan untuk pelajaran agama selalu ada tugas mengisi buku tugas dimana setiap anak harus melaporkan sholat taraweh yang dikiuti. meliputi materi ceramah dan penceramahnya siapa. Nah selain ada yang antri dengan tanda tangan ustad kemudian ada antrian berikutnya di pintu keluar garasi. Inilah yang ditunggu-tunggu, kami pun mengantri satu-satu untuk mendapatkan jajanan yang dibagikan kakak. Nah makanan ringan ini disebut dengan istilah jaburan di kampung kami. Sewaktu kecil saya tinggal di Wirobrajan, Sebuah kampung di barat kota Jogja. Mungkin kita bisa menjumpai adat yang sama di kampung lain atau beragam adat yang berbeda. Sekalipun ini hanya jajanan kecil tapi paling tidak ada pembangkit semangat bagi anak kecil untuk tetap aktif beribadah di bulan ramadhan.
Hal ini cukup memotivasi anak-anak untuk ikut sholat taraweh sampai selesai, tentunya dengan tertib dan tenang. Dan sampai akhir Ramadhan pun anak-anak akan tetap ikut sholat taraweh berjamah berbeda dengan jamaah di masjid yang semakin hari semakin berkurang jamaahnya. Biasanya yang terjadi seperti itu. Tradisi memberi jaburan saya lihat masih ada sampai sekarang. Masa-masa kecil yang menyenangkan dan saya rindukan.
Jogja, 8 Agustus 2013 - 1 syawal 1434 H