Monday, May 24, 2010
Kulineri mbakyu
When you visited to Jogja, not complete if not eating Gudeg. Do you know about "Gudeg"? It is a trditional food, sense of sweet from "nangka" and Java sugar become have uniqly sense.
Moreover added chicken, egg, tahu and tempe "baceman" make your lunch or dinner more enjoyable. Hm...yummy....
We can found it in Malioboro Street or another part of city. Usually we can dinning in wayside and cross legged-usualy called "lesehan". Cohere avocation talk about something with family or friends, moreover city ambiance that friendly become it more complete.
Thursday, May 20, 2010
MBAKYU-MBAKYU DARI JOGJA
Bakul Janganan
Bakul janganan itulah biasa disebutnya di kampung kami untuk sebutan tukang sayur. Dengan bersepada onthel mabkayu yang satu ini membawa barang dagangannya dari kampung ke kampung. Bukan hanya sayuran saja terkadang ada tambahan sedikit jajanan pasar yang ikut dijualnya.
"Bakul Janganan" that is called as unusual in our village to call handyman vegetables. With 'Onthel bycicle' mbakyu this one brings his wares from village to village. Not only are vegetables. Not only are vegetables just sometimes there's an additional little snacks that follow sells.
Penjual Mainan
Mbakyu yang satu ini biasanya sudah berumur paruh baya, bukan menjadi masalah berjalan dari sebuah desa di Bantul menuju kota. Mainan yang dijual biasanya merupakan buatan tangan sendiri. Cukup dari kertas, bamabu, lem dan bahan sederhana lainnya. Mainan yang biasa dijajakan seperti payung kertas kecil, wayang kertas, bendera, aneka bunyi-bunyian, dll. Meskipun sudah tergerus dengan perkembangan zaman saat ini tapi Mbakyu yang satu ini tetap eksis menjajakan mainannya. Bagaimanapin masih ada peminat meskipun mungkin tidak sebanyak dulu.
Meskipun hanya mainan sederhana tapi barang buatan orang Indonesia asli tetap punya nilai, unik dan beda. Jangan hanya menjadi tambahan koleksi museum, mari kita lestarikan.
Tuesday, May 18, 2010
Bakul tenongan
Salah satu penjual kue-kue basah yang bisa ditemui di Jogja adalah penjual yang memakai tenongan, sebuah tempat menyerupai tabung yang bisa di susun bertingkat terbuat dari bambu. Penjual ini yang pernah saya tahu biasanya berasal dari kota Munthilan, umumnya kue-kue yang dijual adalah khas Muntilan. Menjajakan makanannya ke pusat kota, salah satunya ke Malioboro.
Sore hari biasanya penjual tenongan ini berjalan ke arah barat kota dan menumpang sebuah bus menuju Munthilan. Setiap hari rutinitas ini dilakoni dengan sepenuh hati meskipun jarak yang ditempuh setiap hari dirasa jauh.
Monday, May 17, 2010
NDOG ABANG
Setiap Hari Raya Lebaran atau Idul Adha dan Acara Sekaten, pasti kita akan menemui mbakyu yang satu ini. Biasanya bisa kita temukan di depan masjid Agung Kraton Jogjakarta.
Sebenernya ini hanyalah produk sederhana saja. Telur rebus yang diberi pewarna merah kemudian di tusuk seperti sate dan di beri assesories sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak kecil. Namun semestinya hal ini memiliki filosofi tersendiri, karena yang saya tahu apa pun yang menjadi tradisi di kraton ini memiliki filosofi hidup yang dalam. Yang pasti semua tentang tuntunan hidup yang mengarah pada kebaikan.
Tenggok serba guna
Tenggok bisa dimanfaatkan untuk apa pun. Barang yang terbuat dari anyaman bambu ini memang favorit ibu-ibu terutama untuk menyangkut urusan dapur. Pada umumnya mbakyu-mbakyu menggunakan ini sebagai sarana untuk menjual barang mereka.
Meskipun ini hanyalah sebuah anyaman bambu tapi cukup kuat untuk menopang beban berat sekalipun. Harganya cukup terjangkau padahal membuatnya cukup rumit.
Saturday, May 15, 2010
Sepeda Jamu
Saat ini ada penjual jamu yang tidak lagi menggendong jamunya tapi menggunakan sepeda. Di sebuah kampung di Bantul usaha jamu ini dilakukan oleh mbakyu-mbakyu yang menggunakan sepada onthel atau jengki untuk mendistribusikannya. Menggunakan sepeda akan lebih menghemat tenaga dan jangkauan lebih luas.
Kuli Gendong Pasar Beringharjo
Pasar beringharjo sebuah pusat perbelanjaan tradisonal di pusat perkotaan Jogjakarta turut memberikan andil bagi mbakyu yang satu ini. Di bagian belakang pasar di lantai atas tepatnya, di mana sayur dan buah didistribusikan mbakyu-mbakyu ini turut ambil bagian. Menjadi kuli gendong adalah sebuah profesi yang bisa dibilang berat, bagaimana tidak, umumnya dilakukan oleh seorang laki-laki tapi kita bisa menemukannya di pasar ini. Dan tidak bisa dipungkiri dapat kita temukan di tempat lain.
Saya pernah melihat liputan sebuah televisi swasta yang meliput profesi ini. Beban barang bawaan yang digendong menggunakan tenggok dan perjalanan yang ditempuh dengan jalan kaki sampai ke rumah tujuan bukanlah hal yang mudah. Apalagi kondisi jalanan yang semakin ramai dan padat saat ini.
Umumnya mereka berasal dari luar kota seperti dari daerah kulon progo, profesi ini dijalani dengan sepenuh hati tanpa ada beban yang berarti. Pasar sudah biasa menjadi bagian dari hidupnya, termasuk untuk tempat merebahkan badan. Pekerjaan itu mereka nikmati, meskipun semakin renta, mereka tidak mau mengemis atau berpangku tangan pada anak-anaknya.
Friday, May 14, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)