Saturday, September 24, 2011

Soybean Cake in the house

Saya cukup puas dengan libur Lebaran kemarin, pasalnyasaya ambil cuti cukup lama. Berbicara tentang Lebaran identik dengan makanan enak namun berlemak, terutama makanan ini sebagai pelengkap ketupat atau lontong, seperti sambal goreng ati, opor ayam, rendang, dan banyak makanan lain yang bahan bakunya berdaging dan bersantan. Tapi lain dengan yang terjadi dalam keluarga saya. Lebaran tetap ada makanan yang tersebut di atas, tapi tetap saja Bapak saya tak ingin meninggalkan tempe dan tahu serta sambal bawang. Makanan ini menjadi penawar ketika kita sudah mblenger-bosan dengan makanan serba berlemak. Inilah yang saya rindukan di rumah tercinta. Salah satunya adalah tempe goreng yang terbungkus daun pisang. Rasanya tetap berbeda dengan tempe yang sebagian besar saat ini dibungkus menggunakan plastik. Apalagi yang goreng Ibu saya sendiri hehehe, orang Jawa kebanyakan menyebutnya tempe garit. Mengapa dibilang demikian, karena di tempe tersebut rerdapat ruas-ruas dari sayatan pisau, tujuannya adalah biar bumbu dapat meresap ke dalam daging tempe ketika digoreng. Lain halnya dengan yang terjadi di Gunung Kidul atau mungkin juga tempat lain, tempe biasa dibungkus dengan daun jati. Rasa yang dihasilkan juga lebih nikmat ketimbang dibungkus dengan plastik yang terkadang terasa asam.
Meski hanya kedelai yang dicampur dengan ragi dan kemudian bereaksi menghasilkan jamur yang berwujud menjadi tempe ternyata memiliki nilai gizi yang tinggi. Tentor Bahasa Inggris saya mengatakan soybean cake. Itulah yang saya ingat sampai sekarang dipertemuan pertama ikut kelas dengannya hehe tapi entah pelajaran yang lain kemana hehe. Satu lagi yang menjadi favorit adalah tempe mendoan, dan kebetulan di tempat tinggal saya saat ini banyak yang menjajakannya. Sebagai pelengkap menikamti Bakmi Jawa yang tersaji hangat di saat hujan rintik menghiasi malam di ibukota, hm...serasa meinkmati romantisme Jogja. Don't forget for soybean cake hehehe :)

No comments:

Post a Comment