Saturday, May 4, 2013

The Romantic of KINTAMANI Lake

Sepertinya perjalanan semakin menanjak, melewati jalan yang cukup curam dengan range jalan yang tidak terlalu lebar. Cukup lama juga untuk sampai ke tempat ini, hampir dua jam perjalanan dari Denpasar. Sampai di sebuah tempat parkir saya pikir sudah sampai, ternyata saya harus naik kendaraan lagi untuk menuju ke danau. Jalan menuju danau hanya bisa dilewati mobil paling besar minibus karena kondisi jalanan yang sempit dan cukup ekstrim.

Danau yang akan saya tuju adalah danau Kintamani yang terletak di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli. Sebelum turun melewati jalanan yang curam ada tempat untuk mengamati pemandangan yang mengarah ke gunung Batur. Para pengunjung dapat menikmati pemandangan alam secara puas dengan landscape gunung Batur yang indah. Kondisi udara cukup dingin karena memang berada di dataran tinggi.

Melewati jalanan menuju danau lumayan tajam dan curam dengan jalan yang sempit, selain itu juga harus beradu dengan banyaknya truck yang melintas. Sebagian besar truck membawa pasir yang dihasilkan dari danau tersebut. Ada beberapa truck yang sengaja berhenti di tengah jalan dan ini cukup menghambat perjalanan. Sepanjang jalan kami di suguhi dengan pemandangan yang indah, semakin menurun dari kejauhan danau akan semakin terlihat. Perjalanan dari tempat parkir tidak memakan waktu lama, kurang lebih hanya lima menit saja.

Ada banyak restoran yang menyajikan beberapa menu makanan. Sayangnya saat saya berkunjung air sedang naik dan membuat beberapa saung mulai terendam air. Menurut penuturan salah satu pengelola restoran setempat memang air dari tahun ke tahun semakin naik. Apalagi jika setelah turun hujan kondisi air akan semakin naik. Sejauh ini pengelola melakukan pengurukan pada beberapa tempat agar tidak merendam bangunan di pinggir danau. Jadi waktu yang tempat untuk berkunjung ke tempat ini adalah saat musim kemarau.

Menu makan siang kali ini adalah olahan ikan segar hasil dari danau ini. Nikmat rasanya sambil tenggelam dalam perbincangan yang menelan waktu sampai akhirnya sore menjelang. Tempat ini cocok bagi Anda yang ingin mengambil foto, misalnya untuk foto pre wedding.
Selain pemandangan alam yang disajikan dari wisata ini, Anda dapat mencoba ke desa Trunyan dengan menggunakan perahu selama kurang lebih 20 menit. Anda akan melihat pemandangan yang berbeda dari yang lain, yaitu banyaknya mayat yang hanya disandarkan di pohon-pohon menyan. Memang tradisi masyarakat di desa ini tidak ada prosesi penguburan mayat seperti dilakukan umat Hindu lain di Bali. Cukup hanya disemayamkan di bawah pohon menyan, dan pohon ini dapat menghilangkan aroma menyengat yang timbul dari mayat-mayat di sekitarnya. Jadi jangan lewatkan tempat ini jika Anda sedang berkunjung ke Bali.



No comments:

Post a Comment