Thursday, February 19, 2015

Dari Bakmi Ayam sampai Martabak Bangka

Terbangun oleh dering alarm, berat sekali rasanya. Hujan masih turun terdengar dari kamar. Hmm.. enaknya lanjut tidur ini. Tapi tugas negara menanti. Saya harus segera bergegas mandi dan bersiap. Jam dinding di kamar baru menunjukkan pukul empat pagi. Hoammm..sesekali saya menguap dan mata masih 5 watt.  Saya harus berangkat subuh ini ke bandara. Penerbangan saya terjadwal pagi jadi mau tidak mau ya harus berangkat subuh-subuh.


Sebenarnya saya masih was-was terbang di bulan Januari-Februari ini. Puncak musim penghujan ada pada rentang bulan ini, maka tak heran hujan bisa seharian kadang disertai angin dan petir. Sampai di bandara hujan masih turun dengan intensitas cukup lebat. Waduh perasaan saya tambah was-was dengan kondisi terbang masih hujan seperti ini. Hmm. Bismillah saja....

Pada saat menunggu di ruang tunggu untuk boarding ternyata sejumlah berita sudah heboh dengan topik Jakarta banjir. Teman saya yang ikut dinas dengan saya kali ini kebetulan tak luput dari banjir rumahnya hehehe. Jalan depan rumahnya sudah tergenang. Wah kalau saya tidak ada jadwal keluar kota mungkin saya juga akan terjebak banjir di tengah perjalanan menuju ke kantor.


Tepat pukul 6.40 pesawat akhirnya terbang dengan kondisi awan masih gelap dan hujan. Mulut tetap komat-kamit membaca doa keselamatan. Apalagi pesawat yang saya tumpangi bisa dibilang bukan pesawat baru. Take off berjalan mulus sampai akhirnya awan-awan gelap terlewati berganti dengan awan cerah dengan sedikit awan putih. Lega...



Penerbangan tak berlangsung lama dan pendaratan dilakukan dengan sempurna di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang. Mobil rental sudah siap menjemput dan perut masih keroncongan. Baiklah mencari sarapan. Kami mampir disebuah rumah makan dengan menu khas-nya Ikan lempah kuning. Masakan ini semacam sup ikan dengan cita rasa asam pedas. Ikan yang digunakan adalah ikan tenggiri. Kuah masakan ini terlihat coklat namun tidak kental. Dengan dominasi rasa asam manis yang gurih ditambah kerupuk udang sebagai pelengkap, bagaimana tidak perfect sarapan pagi ini. 


Ikan Lempah Kuning


Kota Pangkal Pinang merupakan kota yang cukup lengang namun hiruk pikuk kota tetap berjalan. Terasa tenang dan damai jauh dari kemacetan. Di beberapa bagian terdapat bekas penambangan timah yang membentuk danau dan terlihat permukaan tanah yang putih seperti batu kapur. Perjalanan saya kali ini pastinya tidak akan terlalu memakan waktu karena kota Pangkal Pinang tidak terlalu besar. 



Siang hari kami sempatkan untuk menjajal seafood andalan kota ini. Tepatnya di Resto Seafood Mr. Adox. Menu yang disajikan memang hampir sama dengan resto seafood yang lain. Namun yang membedakan di sini adalah rasa sambal yang khas. Sambal dengan tambahan jeruk kunci menjadikan sambal ini cukup maknyus dipadukan dengan ikan bakar atau cumi goreng tepung. Jeruk kunci sendiri adalah sejenis jeruk peras yang digunakan untuk membuat minuman atau masakan namun punya cita rasa yang khas. 


Tenggiri bakar


Makan siang ini cukup membuat kami kekenyangan dan pada akhirnya untuk makan malam kami memutuskan untuk tidak makan nasi. Dan yang menjadi tujauan kami adalah...jeng..jeng..jeng... Bakmi ayam Bangka! Baiklah kami akan mencoba bakmi ayam Bangka yang berada di kota aslinya. Bakmi Bangka cukup banyak kita jumpai di beberapa kota besar. Nice! Kali ini saya mencoba bakmi ayam jamur bakso. Sebelum menunggu pesanan datang ada menu pembuka yang cukup menarik. Dengan warna hijaunya kata pemilik warung ini adalah srikaya yang dimasak seperti puding manis lembut tapi tidak eneg. Wah kami terbalik, sajian manis ini harusnya menjadi desert. Tapi ternyata desert-nya adalah Martabak Bangka. Wah...wah...teman saya kuat makan banyak juga. 


Menu pilihan di Martabak Acau 89


Kenyang menyantap bakmi ayam Bangka, kami lanjutkan mampir ke gerai Martabak yang cukup terkenal di Pangkal Pinag. Namanya Martabak Acau 89. Banyak menu pilihan martabak terlur dan martabak manis. Semua menggoda tapi kami harus memutuskan satu saja karena perut sudah penuh. Terlampau kenyang. Martabak Acau 89 ini cukup terkenal dibuktikan dengan banyaknya foto-foto artis yang dipampang digerai tersebut. Kami membungkus martabak telur ayam dengan tambahan kornet.



Hari ini cukup melelahkan tapi memuaskan. Target pekerjaan tercapai dan target menjajal wisata kuliner di kota ini juga tercapai haihai... Saatnya tepar. Eits...habiskan dulu martabaknya. Hmm. ini memamg recommended, tak heran menjadi favorit. Dan lagi-lagi sambalnya pun juga beda dengan sambal yang digunakan pedagang martabak yang umum saya jumpai di Jakarta.


Hari berganti, setelah sarapan pagi ini kami melanjutkan tugas negara. Sore ini kami sudah harus pulang. Dan berita banjir masih heboh di televisi. Bahkan kondisi rumah teman saya sudah masuk airnya. Semoga sampai Jakartananti,  banjir sudah surut. Siang beranjak dan tugas kami selesai. Sebelum ke bandara kami menyempatkan membeli oleh-oleh khas Bangka. Kerupuk kemplang yang berbahan dasar ikan ini menjadi oleh-oleh khas Bangka. Namun jika anda ingin membeli cindera mata salah satunya yang asli dari Bangka adalah batu. Batu ini bernama batu satam. Batu yang merupakan hasil dari tabrakan dengan meteor yang berumur jutaan tahun yang lalu. Batu ini berwarna hitam dan cukup unik. Bila anda meletakkan besi di atas batu ini maka akan terjadi pergerakan pada batu ini, artinya batu ini mempunyai medan magnet yang mengakibatkan dapat bergerak. Namun harga batu ini cukup tinggi. Saat ini demam batu akik sedang booming maka jika anda termasuk penggila batu maka tak ada salahnya anda harus punya batu ini sebagai koleksi, karena di Indonesia hanya ada di Bangka batu Satam ini. 

Batu Satam yang berwarna hitam


Penerbangan kami kembali ke Jakarta masih cukup lama, kami sempatkan untuk mampir ke sebuah tempat jajanan khas Bangka. Otak-otak Ase yang berdekatan dengan bandara menjadi makanan penutup yang mantap. Otak-otak dibakar dengan sempurna ditambah dengan sadapan lain berupa gorengan yang berbahan ikan serta oak-otak rebus disandingkan dengan es kacang merah yang nikmat. Puas sekali menjajal wisata kuliner di Bangka. 


Otak-otak khas Bangka


Sayangnya kami tak sempat ke pulau Belitung yang punya pantai-pantai indah yang tenar dengan cerita Laskar Pelangi yang inspiring itu. Namun kemarin sore kami sempat singgah di sebuah klenteng dengan view pantai. Pantai di Pulau Bangka ini kondisinya juga cukup disayangkan karena sudah tercemar dengan penambangan timah yang dilakukan. Provinsi yang terbilang masih cukup belia ini akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan jaman dibandingkan dulu ketika msih menyatu dengan Provinsi Sumatera Selatan.


Klenteng Dewi Laut tampak depan

Pemandangan pantai dari klenteng Dewi Laut


Pangkal Pinang, 9-10Feb2015


No comments:

Post a Comment